Search

Riset Kampus Masih Apa Kata Rektor? - Jawa Pos Radar Malang

MALANG KOTA – Banyaknya kampus di Kota Malang tak bisa dipungkiri telah menghasilkan banyak hasil riset para dosen maupun mahasiswa. Namun, pengembangan riset yang dilakukan terindikasi masih bersifat parsial dan hanya untuk menghabis-habiskan anggaran saja. Padahal, kampus seharusnya membangun satu pusat studi unggulan yang fokus pada satu pengembangan riset tertentu.

Hal itu diungkapkan Direktur Riset dan Pengabdian Kemenristekdikti, Prof Dr Ocky Karna Radjasa saat visiting ke Universitas Widayagama (UWG), Malang,  Jumat (4/10) lalu.

Dia menyatakan, kampus yang membangun pusat studi unggulan terlebuh dahulu harus paham Prioritas Riset Nasional (PRN) sebelum membuat Rencana Induk Penelitian (RIP). ”Ini perlu dilakukan agar kampus risetnya tidak loncat sana-sini, bisa fokus satu tema. Karena anggaran riset ini besar,” kata dia.

Tahun ini, Kemenristekdikti kebagian dana sebesar Rp 2,4 triliun untuk riset. Ini pun, hanya untuk 6 ribu proposal penelitian yang siap didanai. Dengan syarat, riset yang bisa didanai haruslah riset yang masuk di pusat studi unggulan kampus dan sesuai peraturan PRN.

Diatur melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2018 tentang Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) 2017–2045, ada patokan dalam pendirian pusat studi unggulan. Beberapa di antaranya, harus terkoneksi dengan sembilan kebutuhan riset  negara seperti manufaktur, sumber daya alam, teknologi tinggi, dan rintisan terdepan.

Ocky menjelaskan, tidak semua perguruan tinggi memiliki Rencana Induk Penelitian (RIP) sesuai RNP. Sehingga risetnya sering berloncatan dan menghabiskan anggaran yang tidak sedikit. ”Makanya, ngapain bikin riset yang nggak masuk RPN? Kan sia-sia. Belum lagi, tidak bisa dinikmati masyarakat dalam jangka waktu panjang,” tambahnya.

Dia menyoroti, riset yang dilakukan sejumlah kampus sering kali mirip bajing loncat. Beberapa riset yang dibuat kadangkala fokus di tema-tema kesehatan dalam rentang beberapa waktu, namun tiba-tiba beralih ke riset pertanian.

”Ya sesuai mood rektor yang memimpin kadang. Jadi tidak fokus dalam waktu lama kan? Besok tidak boleh begitu. Kalau sudah masuk RNP, RIP-nya harus berjalan terus meski ganti rektor,” tegasnya. Perguruan tinggi yang tidak memiliki RIP, terancam tidak akan mendapat dana sepersen pun dari Kemenristekdikti.

Di Kota Malang sendiri, beberapa kampus sukses membuat pusat studi unggulan. Termasuk kampus swasta. Misalnya, UWG yang memiliki pusat studi unggulan bidang entrepreneurship. Rektor UWG Prof Dr Ir Iwan Nugroho MS menyatakan semua fakultasnya tersambung dengan entrepreneurship.

”Seperti pertanian, ekonomi, itu bisa terkoneksi entrepreneurship. Terus hukum, kalau entrepreneurship melihat penguatan lembaganya,” jawabnya. Baginya, semua jurusan bisa terkoneksi dengan entrepreneurship.

Termasuk Universitas Ma Chung pun memiliki pusat studi unggulan bernama Ma Chung Research Center For Photosynthetis Pigments (MRCPP). Direktur MRCPP Tatas H.P. Brotosudarmo DiplChem PhD menyatakan, pusat studinya malah mengawali pusat studinya secara nasional.  ”Sejak 2015 lalu kami sudah mengawali sebagai pusat studi iptek unggulan nasional,” kata dia.

Pusat studi iptek di Ma Chung sendiri berfokus pada pigmen atau pewarna alami pada tumbuhan. ”Kami ekstrak, kami olah pewarna, dan kami memiliki standardisasi pewarna makanan alami,” kata dia.

Sebagai pusat studi unggulan, kata wakil ketua Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (Almi) wajib mengembangkan satu produk. ”Ada produknya namanya Natural Chroma (Natchrom) untuk melihat standar pigmen makanan,” kata dia. Semua pusat studi unggulan, kata Tatas memang harus fokus pada satu tema.

Di Jatim sendiri ada 24 pusat studi unggulan iptek yang memiliki fokus penelitian berbeda. ”Seperti Unair dengan malaria, ITS sepeda listrik. Ya semuanya harus berfokus seperti itu. Agar apa? Agar riset ini bisa berkembang dan tidak loncat-loncat,” pungkasnya.

Pewarta : Sandra Desi
Copy Editor : Amalia Safitri
Penyunting : Ahmad Yani

Let's block ads! (Why?)

https://radarmalang.id/riset-kampus-masih-apa-kata-rektor/

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Riset Kampus Masih Apa Kata Rektor? - Jawa Pos Radar Malang"

Post a Comment

Powered by Blogger.