
JAKARTA – Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nizam, mengungkapkan pekerjaan-pekerjaan baru akan muncul di masa depan. Tetapi, bersamaan dengan itu, pekerjaan yang saat ini ada mungkin akan hilang.
Oleh karena itu, Nizam menuturkan masyarakat harus bersiap untuk mengantisipasi perubahan-perubahan besar atau disrupsi yang mungkin terjadi. Sebab, tak ada orang yang bisa mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan.
"Masa depan kan sangat-sangat kita tidak ada yang tahu. Siapa yang mengira 20 tahun yang lalu cellphone akan jadi bagian kehidupan yang tak terpisahkan. Pekerjaan baru muncul. Pekerjaan dulu yang kita merasa aman, sekarang hilang," kata Nizam di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Kamis (6/2).
Kemendikbud, mempersiapkan tantangan tersebut dengan mendisrupsi pendidikan lewat kebijakan Kampus Merdeka. Masyarakat disebut tidak boleh jumud atau statis seolah cara mendidik mahasiswa agar kompeten hanya dengan belajar di dalam kelas.
Ruang-ruang belajar, kata Nizam, kini terbuka semakin luas di mana-mana. Misalnya, ilmu pengetahuan bisa diperoleh di co-working space, coffee shop, di desa, dan ruang-ruang lain di mana ada aktivitas sosial.
"Itu menjadi bagian learning space kita yang mesti dibuka, menjadi bagian dari menyiapkan anak-anak dan cucu kita untuk bisa menghadapi masa depan yang tidak pasti," tuturnya.
Dia juga bercerita tentang Jamil Salmi, pakar pendidikan tinggi dari World Bank yang putranya di-drop out dari kampus. Tetapi putra Jamil justru lebih sukses daripada putranya yang lain yang bergelar Doctor of Philosophy (PhD).
"Itu menunjukkan dunia sekarang semakin membutuhkan kompetensi yang tidak cukup didapat dari ruang-ruang kelas," tegasnya.
Pada kesempatan itu, Jamil menjelaskan ada tiga aspek kemampuan yang dibutuhkan dalam abad ke-21, yaitu literasi dasar, kompetensi, dan kualitas karakter. Kemampuan kompetensi mencakup critical thinking/problem solving, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi.
"Aspek literasi dasar mencakup literasi, numerasi, literasi ilmiah, literasi teknologi informasi dan komunikasi, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewarganegaraan," kata Jamil.
Sementara, kualitas karakter yang diperlukan mencakup keingintahuan, inisiatif, ketekunan, adaptif, kepemimpinan, dan kesadaran sosial dan budaya. Ketiga aspek kemampuan itu disebut sebagai lifelong learning atau pelajaran sepanjang hayat.
Seiring berjalannya waktu di masa depan, Jamil memaparkan, mungkin ada sekitar 700 jenis profesi yang hilang digantikan dengan profesi-profesi baru. Munculnya banyak pekerjaan baru dapat dilihat misalnya 10 pekerjaan yang kini ada, tetapi sepuluh tahun lalu tidak ada.
Kesepuluh pekerjaan itu, kata Jamil, yaitu pengembang aplikasi, manager media sosial atau pembuat konten YouTube, digital risk manager, smart city/smart building architect, driverless car engineer, cloud computing specialist, big data analyst, sustainability manager, dan drone operator. (Wandha Nur Hidayat)
https://www.validnews.id/Kampus-Merdeka-Jawab-Tantangan-Disrupsi-Dunia-Kerja-qkFBagikan Berita Ini
0 Response to "Kampus Merdeka Jawab Tantangan Disrupsi Dunia Kerja - Validnews"
Post a Comment