Menurut pendapat Wakil Rektor Bidang SDM dan Kerjasama UI Hamid Chalid, bike sharing tidak cocok diimplementasikan secara bisnis, tapi lebih kepada layanan. Hal ini berkaca pada pengamatan bike sharing di beberapa negara.
"Bike sharing secara umum di seluruh dunia sebetulnya kalau dia beralih jadi fungsi bisnis, maka ketika kami studi banding ke Bejing, kami melihat betapa kacaunya sepeda yang disediakan pihak-pihak swasta. Karena mereka mau melihat itu sebagai bisnis, bukan layanan," ujar Hamid di Perpustakaan UI, Depok, Rabu (14/3/2018).
Karenanya, lanjut Hamid, ia dan teman-teman lebih mendorong penggunaan atau penyediaan bike sharing dilakukan oleh institusi-institusi, seperti pemerintah atau kampus. Bukan sebagai sebuah bisnis pelayanannya itu sendiri.
"Platformnya, di belakang itu, itu kan bisnis yang besar sekali. Telkomsel yang lebih tahu memainkan bisnis itu bagaimana caranya. Tetapi pelayanan sepedanya sendiri bukan cari duitnya di situ. Karena tidak imbang antara pengeluaran biaya harga sepeda dengan apa yang mau kita tarik dari pengguna," lanjutnya.
Foto: detikINET/Muhammad Alif Goenawan |
Sebelum datang penawaran kerjasama dari Telkomsel, Hamid mengklaim bahwa sudah ada tiga provider bike sharing dari China yang mengajak kolaborasi. Hanya saja ajakan tersebut tak digubris.
"Itu kalau kami iyakan, dalam waktu seminggu 1.000 sepeda datang langsung. Dan itu lebih dari dua tahun yang lalu. Tapi kami tolak," paparnya.
Menurutnya penawaran kerjasama dengan Telkomsel ini menarik, melihat bike sharing yang disodorkan menggunakan teknologi generasi 4+ yang menggunakan docking. Karena tanpa docking, menurut Hamid, maka akan sama kacaunya dengan yang ada di China. (rns/rou)
https://inet.detik.com/cyberlife/d-3916981/kampus-ui-tolak-tawaran-bisnis-sepeda-dari-china-kenapaBagikan Berita Ini
0 Response to "Kampus UI Tolak Tawaran Bisnis Sepeda dari China, Kenapa?"
Post a Comment