Search

Warga Sekolah dan Kampus Tangguh Bencana - Pikiran Rakyat

BENCANA alam itu ibarat umur manusia. Manusia tidak mengetahui kapan umurnya akan berakhir di dunia, dan kembali kepada Pemiliknya. Demikian juga bencana alam, tidak dapat diketahui dengan pasti kapan akan terjadi. Oleh karena itu manusia harus mempersiapkan diri menghadapinya dengan
melakukan mitigasi, bagaimana bila hal itu terjadi.

Dinamika litosfer, atmosfer, dan hidrosfer, yang sesungguhnya merupakan peristiwa alam biasa, namun menjadi bencana alam karena ada manusia yang terdampak. Bila manusia tidak terdampak oleh letusan gunungapi, gempabumi, atau tsunami yang dahsyat, peristiwa alam itu belum dikatakan bencana.

Secanggih apapun teknologi yang dikuasai manusia, pada posisi ini, manusia tidak bisa menolak dan mencegah terjadinya dinamika bumi. Itulah pentingnya mempertangguh masyarakat, warga kampus dalam menghadapi bencana.

Namun, tampaknya bencana alam mahadahsyat tahun 2004, belum ada upaya secara nasional yang menyeluruh, dapat mengimbaskan ilmu pengetahuan tentang keadaan alam Indonesia dengan segala karakteristiknya yang dapat memicu bencana alam, apakah yang bersumber dari bencana kebumian, bencana atmosferik, bencana kelautan, bahkan bencana sosial.

Begitu banyaknya penyebab bencana alam, maka masyarakat Indonesia harus menjadi warga kampus yang tangguh bencana. Untuk menjadikan warga kampus yang tangguh bencana itu perlu upaya nyata, rapi, terkonsep dengan baik, dan dilaksanakan berkesinambungan. Upaya pengurangan risiko bencana itu harus dilakukan oleh berbagai kalangan di semua lini, tidak terkecuali para pelajar dan mahasiswa yang jumlahnya sangat banyak.

Penyempurnaan Kurikulum Geografi SMA/MA

Kelemahan pertama, secara akademis, memang materi pembelajaran tentang mitigasi sudah ada dalam kurikulum-13, yang disempurnakan pada tahun 2016, seperti yang ada dalam Mata Pelajaran Geografi SMA/MA. Namun, pembelajaran tentang mitigasi hanya diberikan bagi siswa yang masuk program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Sementara pelajar yang masuk ke dalam program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sudah dijuruskan sejak semester satu, tidak mendapatkan Mata Pelajaran Geografi. Padahal, kesiagaan menghadapi bencana itu bukan hanya bagi pelajar di program IPS.

Kelemahan kedua, materi pembelajaran tentang mitigasi diberikan secara tersendiri, terpisah dari materi pembelajaran yang sesungguhnya dapat didekatkan. Nampaknya ini sangat dipengaruhi oleh para pembuat kurikulum yang berasal dari LPTK yang membina Departemen/Program Studi Geografi/IPS, yang membuat mata kuliah mitigasi sebagai mata kuliah tersendiri. Akibatnya, ketika salah seorang tenaga kependidikannya ada yang menjadi tim pembuat kurikulum SMA/MA, maka materi pembelajaran tentang mitigasi dibuat tersendiri, seperti yang ada di lembaganya.

Kelemahan ketiga, materi pembelajaran tentang mitigasi yang seharusnya didekatkan, dikaitkan dengan yang menjadi penyebab bencana alam itu malah dijauhkan. Misalnya gejala kebumian seperti gempabumi, tsunami, longsor, badai, dll, dapat didekatkan materi pembelajarannya dengan yang menjadi sumber penyebabnya. Materi pembelajaran mitigasi itu sebaiknya dimasukan ke dalam materi pembelajaran Dinamika Litosfer, Dinamika Atmosfer, dan Dinamika Hidrosfer, yang sudah ada dalam Kurikulum Mata Pelajaran Geografi SMA/MA.

Melihat kepentingannya yang tinggi, dan untuk kemudahan pengimbasan pengetahuan akademis tentang kebencanaan, tentang mitigasi, maka diperlukan penyempurnaan kurikulum, khususnya mata pelajaran Geografi SMA/MA.

Pertama, materi pembelajaran tentang mitigasi paling tepat secara akademis dan praktis diajarkan dalam mata pelajaran Geografi, bukan diberikan dalam mata pelajaran karakter atau muatan lokal.

Kedua, mata pelajaran Geografi wajib diberikan kepada seluruh pelajar SMA/MA. Ketiga, materi pembelajaran mitigasi tidak diberikan terpisah pada semester dua seperti yang ada dalam kurikulum 13 yang disempurnakan tahun 2016, seharusnya diberikan terpadu dengan bahasan yang menjadi sumber penyebab bencana.

Keempat, perlu penataan ulang kurikulum di LPTK yang membina Departemen/Program Studi Geografi/IPS, yang saat ini memisahkan mata kuliah mitigasi dengan yang menjadi “penyebab” kebencanaan itu. Saat ini mata kuliah itu masih terpisah dengan nama mata kuliah Mitigasi, Kebencanaan, atau Geografi Kebencanaan. Seharusnya isi dari materi kuliah Mitigasi itu menjadi terpadu dengan mata kuliah Geografi lainnya.

Penyempurnaan Kurikulum IAD di PT Pengimbasan tentang pengurangan risiko bencana melalui jalur pendidikan di Perguruan Tinggi (PT) sangat strategis, selain karena jumlah mahasiswanya yang banyak, juga 4-5 tahun kemudian, lulusan PT dapat berperan di tempat kerjanya dalam penguatan mitigasi bencana. Jumlah PT di Indonesia per 20 Desember 2017 sebanyak 3.276, dengan jumlah mahasiswa yang terdaftar sebanyak 6.924.511.

Yang dapat dijadikan pintu masuk untuk memperkenalkan tentang kebencanaan dan mitigasinya di PT dapat melalui Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU), khususnya Mata kuliah Ilmu-ilmu Kealaman Dasar (IAD). Bagi para mahasiswa di PT, mitigasi bencana dapat dimasukan ke dalam kurikulum MKDU- IAD bagi mahasiswa semester satu atau dua, wajib untuk seluruh mahasiswa, baik mahasiswa di fakultas teknik atau mahasiswa di fakultas sosial, sehingga tidak perlu dibuat mata kuliah baru tentang kebencanaan dan mitigasi. Materi MKDU-IAD yang kurang relevansinya dengan kebutuhan masa kini dan dan persiapan ke masa yang akan datang, dapat diganti dengan materi Geografi Indonesia dan Mitigasi Bencana.

Setelah tsunami Aceh Desember 2004 sampai bencana tsunami Selat Sunda Desember 2018, belum ada upaya-paya terstruktur untuk mengadakan perubahan kurikulum MKDU-IAD. Padahal, mata kuliah ini sangat strategis dalam menyampaikan materi perkuliahan tentang dinamika bumi, dinamika atmosfer, dinamika hidrosfer, dan dinamika manusia Indonesia. MKDU-IAD wajib diberikan kepada seluruh mahasiswa, sehingga hampir tujuh juta mahasiswa akan mendapatkan ilmu pengetahuan tentang kebencanaan dan mitigasinya, dan mereka akan menjadi motor penggerak mitigasi bencana di lingkungannya.

Perlu dipikirkan pula, adanya tambahan materi perkuliahan khusus tentang kebencanaan dan mitigasi yang disesuaikan dengan kekhasan program studi, seperti bagi mahasiswa di Perguruan Tinggi Teknik, Sekolah Tinggi Kesehatan, di Fakultas Kedokteran, di Sekolah Tinggi Pariwisata, di STPDN, dll. Perlu adanya perubahan dan penyempurnaan kurikulum sesuai dengan karakteristik bencana alam yang terjadi di Indonesia. Perlu adanya tambahan dengan prosedur tetap (SOP) yang harus dilakukan oleh dokter, paramedis, pamong praja, akuntan, manajer logistik, dll, bila terjadi gempabumi, letusan gunungapi, banjir, badai laut, putingbeliung, bencana sosial, yang harus dilakukan dengan seketika, efisien, selamat?

Akan terjadi diskusi yang mendalam bila perkuliahan itu dapat dilakukan dengan baik, peran apa yang dapat dilakukan oleh para mahasiswa Departemen Arsitektur, Teknik Sipil, Planologi, Geografi, Geologi, Kelautan, Meteorologi, Antropologi, Sosiologi, Sejarah Sastra, Desain/Senirupa, dll, yang terkait dengan upaya mitigasi? Bagaimana menata kota, desa, merancang rumah, gedung, jalan, jembatan, rel keretaapi, bendungan, yang sesuai karakter alam Indonesia yang berada di kawasan tropis yang rawan gempa dan tsunami? Bagaimana membuat pintu-pintu darurat dalam gedung pusat keramaian, pabrik, sekolah, dan pemerintahan, bagaimana membuat jalur-jalur evakuasi yang terintegrasi, bagaimana merancang bandara
dan kawasan wisata di pantai dan teluk yang rawan gempa dan tsunami, bagaimana cara mengimbaskan pengetahuan itu agar sampai di masyarakat dengan penerimaan yang terbuka?

Dua hal yang bisa diperoleh dengan mengajarkan kebencanaan dan mitigasi di Sekolah-sekolah dan Perguruan Tinggi, pertama para mahasiswa sebagai anggota masyarakat terpelajar akan menjadi masyarakat yang tangguh bencana, dan kedua, para mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu saat kuliah, akan menjadi pengimbas pengetahuan mitigasi kepada masyarakat dengan baik, dan bila sebagai perencana kota dan daerah atau sebagai pengambil keputusan, akan memasukkan unsur kebencanaan dan mitigasi dalam rancangan dan keputusannya.***

Let's block ads! (Why?)

http://www.pikiran-rakyat.com/kolom/2019/01/26/warga-sekolah-dan-kampus-tangguh-bencana

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Warga Sekolah dan Kampus Tangguh Bencana - Pikiran Rakyat"

Post a Comment

Powered by Blogger.